SELAMAT DATANG DI DUNIA MATEMATIKA

21 April 2009

Proposal PTK

A. JUDUL USULAN

Meningkatkan hasil belajar matematika materi perbandingan dan skala dengan model pembelajaran konstruktivistik bermedia tabel bercerita pada siswa kelas VI SD Islam Al Azhar 14 Semarang.

B. BIDANG KAJIAN

Bidang kajian adalah penelitian pendidikan dengan PTK.

C. PENDAHULUAN

Kemajuan suatu bangsa tercermin pada keberlangsungan pendidikan bangsa itu. Bangsa dengan tingkat pendidikan yang memadai diyakini mampu menciptakan kehidupan yang beradap. Artinya peningkatan mutu pendidikan dianggap sebagai suatu kebutuhan bangsa yang ingin maju. Oleh karena itu, pendidikan perlu mendapat perhatian yang besar agar kita dapat mengejar ketertinggalan di bidang Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi yang mutlak kita perlukan untuk mengisi pembangunan.

Guru memegang peran strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Dari dimensi tersebut, peran guru sulit digantikan oleh yang lain. Dipandang dari dimensi tehnologi peran guru tetap dominan sekalipun tehnologi yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran berkembang amat cepat. Hal ini disebabkan ada dimensi-dimensi proses pendidikan, atau lebih khusus lagi proses pembelajaran, yang diperankan oleh guru yang tidak dapat digantikan oleh tehnologi.

Seringkali dalam pembelajaran matematika di kelas guru mendominasi kegiatan tersebut. Poros pembelajaran mutlak ada pada guru, sehingga proses belajar mengajar berjalan satu arah. Guru kurang mampu mengakomodasi permasalahan siswa-siswanya. Hal ini karena dengan jumlah jam mengajar yang terbatas, guru dituntut melaksanakan pembelajaran yang selalu menguras tenaga dan pikiran dengan model pembelajaran konvensional.

Dengan model pembelajaran konvensional siswa seakan hanya sebagai obyek pembelajaran. Setiap individu siswa pasti mempunyai tingkat pemahaman materi yang berbeda-beda. Mereka juga memiliki tingkat permasalahan yang berbeda-beda. Artinya dengan model pembelajaran yang mengesampingkan peran siswa akan memberikan dampak kurang baik pada prestasi belajarnya.

Dalam pembelajaran matematika materi perbandingan dan skala sering ditemukan kesulitan belajar siswa dalam pemecahan soal cerita. Indikatornya adalah banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM. Permasalahan utama yang terjadi adalah guru sering kesulitan mengajarkan algoritma pemecahan soal cerita yang efektif dan efisien.

Di sini akan dicobakan sebuah algoritma pemecahan soal-soal cerita materi perbandingan dan skala yang diberi istilah tabel bercerita. Siswa diberi kegiatan membuat tabel bercerita dari soal cerita yang dihadapinya kemudian memecahkannya. Dengan kegiatan ini diharapkan siswa aktif dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajarnya.

D. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah pembelajaran model konstruktivistik dengan media tabel bercerita dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi perbandingan dan skala?

2. Bagaimanakah aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika materi perbandingan dan skala dengan model konstruktivistik media tabel bercerita?

E. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:

1. Mengetahui sejauh mana pembelajaran model konstruktivistik dengan media tabel bercerita dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi perbandingan dan skala;

2. Mengetahui bagaimanakah aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika materi perbandingan dan skala dengan model konstruktivistik media tabel bercerita.

F. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian ini adalah bagi:

  1. Siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai upaya peningkatan hasil belajar siswa, sehingga dapat mengubah perolehan peringkat prestasi belajar yang lebih baik;
  2. Guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan umpan balik untuk mengadakan koreksi diri, sekaligus usaha untuk memperbaiki kualitas diri sebagai seorang guru yang profesional dalam upaya meningkatkan mutu hasil dan proses belajar siswa.
  3. Kepala Sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan untuk mengadakan pembinaan dan peningkatan kemampuan guru sekaligus sebagai bahan masukan bagi Kepala Sekolah tentang kondisi proses pembelajaran di sekolah tersebut.

G. KAJIAN PUSTAKA

G.1 Kajian Teori

G.1.1 Model Pembelajaran Konstruktivistik

Menurut Borich dan Tombari (1997) konstruktivisme (paham yang bersifat konstruktivistik) didefinisikan sebagai suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa diberi kesempatan untuk mengkonstruksi sense mereka tentang apa yang dipelajari dengan membangun koneksi internal atau relasi antara ide-ide dan fakta-fakta yang diajarkan.

Dengan paham konstruktivistik, siswa hendaknya diberi kesempatan untuk mengintergrasikan dan menggabungkan informasi dari sumber-sumber berbeda, menciptakan jenis-jenis yang baru, serta kerangka dan model-model yang baru. Dengan kata lain, guru bukan sebagai pelayan pengetahuan semata namun sebagai fasilitator belajar.

G.1.2 Tabel Bercerita

Tabel bercerita adalah sebuah media belajar yang memuat unsur kreatifitas, keaktifan dan keterampilan siswa guna mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Media ini juga berperan bagi siswa guna menguji, menyatakan, mentransformasi, menyelesaikan, menerapkan, membuktikan, dan mengkomunikasikan pemecahan suatu permasalahan matematika khususnya pada materi perbandingan dan skala.

Dengan media ini diharapkan siswa dapat aktif secara pribadi maupun dalam kelompok, terlibat dalam diskusi, membuat presentasi, dan bertanggung jawab dengan yang mereka pelajari sendiri.

G.1.3 Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran

Mengajar sebaiknya berorientasi kepada peserta didik agar mereka belajar memecahkan masalah. Orientasi yang demikian haruslah direfleksikan dalam kegiatan mengajar dan belajar sehingga keaktifan mental peserta didik nampak dalam tingkah lakunya, seperti meneliti, merumuskan, menemukan dan merefikasi.

Herman Hudoyo (1988) mengklasifikasikan keaktifan siswa meliputi:

1. Menguji: pada waktu guru memberikan materi baru, siswa terlibat secara intelaktual, yaitu dengan menguji dan eksplorasi situasi.

2. Mengungkapkan: diharapkan siswa dapat menghasilkan gambar, kata, kalimat, bagan atau tabel dengan menggunakan simbol yang sesuai dengan situasi masalahnya.

3. Mentransformasikan: siswa dapat mengubah pernyataan satu ke pernyataan yang lain. Misalnya komputasi algoritma, pembagian polinom, fungsi aljabar diubah ke bentuk grafik.

4. Membuktikan: jika siswa sudah berhasil merumuskan suatu situasi, mereka perlu membuktikannya berdasarkan argumentasi yang sahih.

5. Mengaplikasikan: siswa perlu mengaplikasikan konsep yang telah mereka ketahui dengan menemukan dengan abstraksi mereka sendiri.

6. Menyelesaikan masalah: siswa menyelesaikan masalah atau konsep yang benar-benar baru bagi mereka dengan prosedur yang telah mereka ketahui.

7. Mengkomunikasikan: siswa melakukan pertukaran informasi di antara individu siswa dengan memanfaatkan sistem simbol yang sama.

G.1.4 Hasil Belajar dan Faktor yang Mempengaruhi

Menurut Winkel (1991:42), hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai siswa di mana setiap kegiatan belajar dapat menimbulkan suatu perubahan yang khas.Dalam hal ini hasil belajar meliputi keaktifan, ketrampilan proses, motivasi, juga prestasi belajar. Prestasi adalah kemampuan seseorang dalam menyelesaikan suatu kegiatan, secara singkat dapat dikatakan prestasi adalah hasil usaha. Perbedaan hasil belajar dengan prestasi belajar, bahwa penilaian hasil belajar dilakukan sekali setelah suatu kegiatan pembelajaran dilaksanakan, sementara penilaian prestasi belajar dilakukan setelah beberapa kali penilaian hasil belajar dan hasil belajar yang terakhir dianggap sebagai prestasi belajar karena diharapkan merupakan hasil yang maksimal, tetapi kedua istilah tersebut dikatakan identik karena sama-sama merupakan hasil usaha yaitu belajar.

Penilaian hasil belajar adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana proses belajar dan pembelajaran telah berjalan secara efektif. Keefektifan pembelajaran tampak pada kemampuan siswa mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Dari segi guru, penilaian hasil belajar akan memberikan gambaran mengenai keefektifan mengajarnya, apakah pendekatan dan media yang digunakan mampu membantu siswa mencapai tujuan belajar yang ditetapkan. Tes hasil belajar yang dilakukan oleh setiap guru dapat memberikan informasi sampai dimana penguasaan dan kemampuan yang telah dicapai siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut.